Minggu, 14 April 2024

Wanita Lulusan S2 Jadi Ibu Rumah Tangga atau Wanita Karir?

 


Kuliah capek-capek sampai S2 ujung-ujungnya jadi Ibu Rumah Tangga?

Mungkin ada teman-teman yang pernah mendengar pertanyaan ini, terutama bagi wanita yang sudah lulus S2 dan memilih menjadi Ibu Rumah Tangga.

Kalau diri sendiri yang memilih ingin menjadi Ibu Rumah Tangga terus kenapa?

Apakah ada orang lain yang merasa rugi dengan pilihan lulusan S2 jadi Ibu Rumah Tangga?

Ini hanya pertanyaan yang bersifat renungan, bukan menyudutkan.

Aku pribadi yang sudah lulus S2 mungkin akan tetap memilih untuk berkarir sekaligus menjadi Ibu Rumah Tangga kalau aku sudah menikah nanti.

Ada wanita setelah menikah memilih full menjadi Ibu Rumah Tangga ada juga wanita yang memilih selain menjadi Ibu Rumah Tangga juga menjadi Wanita Karir.

Aku sangat menghargai keputusan wanita yang memilih full hanya menjadi Ibu Rumah Tangga walaupun sudah tamat kuliah.

Karena menurutku kuliah tidak selamanya bertujuan untuk mencari kerja, tapi mencari ilmu mencari relasi, terdengar naif tapi itu adalah fakta.

Dengan kuliah kita diberikan wadah untuk berpikir, mengungkapkan pendapat, belajar berdasarkan jurusan yang dipilih mengembangkan passion kita.

Selain itu di kampus kita tidak hanya bertemu dengan satu atau dua orang tapi dengan banyak orang dan berinteraksi juga membutuhkan skill komunikasi yang baik.

Apalagi kalau selain mengikuti kegiatan akademik juga aktif berorganisasi kepiawaian dalam bersosial semakin terasah.

Itu hal-hal yang bisa di dapatkan kalau kuliah, pelajaran yang tidak bernilai dengan uang namun non material, karena soft skill yang terasah.

Sejatinya menjadi ibu rumah tangga adalah fitrah ketika wanita sudah menikah.

Bagaimana tidak, karena kalau kita merenungi tentang ajaran yang diyakini terutama agama islam bahwa wanita adalah pakaian bagi suaminya, dan wanita juga harus menjaga kehormatan suami.

Ketika wanita menikah, salah satu tugas adalah melayani suami, kata ‘melayani’ bukan berarti hanya  mengurusi rumah, bersih-bersih tetapi menurutku menjadi pendengar yang baik, dan menjadi partner hidup.

Semua itu dilakukan ‘rumah’, rumah tidak hanya menjadi tempat untuk berteduh secara fisik, namun juga tempat berlindung secara batiniah, yaitu dari masalah-masalah diluar yang mengganggu membuat hati tidak nyaman.

Keberadaan seorang istri saat dirumah adalah sebagai tempat penyejuk untuk berlindung bagi suami, begitupula sebaliknya suami tempat penyejuk bagi istri.

Apalagi jika sudah memiliki anak, maka ibu adalah sekolah utama tempat anak belajar tentang kehidupan, dan itu juga dilakukan di ‘rumah’.

Dan dalam proses mendidik anak juga bisa dilakukan salah satunya karena sang Ibu ini sudah berpendidikan.

Selama keputusan menjadi ibu rumah tangga karena dari keinginan diri sendiri bukan karena paksaan, justru suami juga harus menghargai keputusan wanita tersebut dan bukan meremehkan karena full menjadi ibu rumah tangga juga tidak mudah.

Dan aku yang memilih tidak full hanya menjadi ibu rumah tangga, selama aku tau batasan dan bisa membagi peranku saat menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir menurutku itu juga tidak masalah, semoga calon suamiku ini nanti juga mengerti dengan keputusanku.

Akhir kata wanita berstatus sudah menikah full menjadi ibu rumah tangga atau juga sebagai wanita karir itu adalah sebuah pilihan.

Wanita lulusan S2 hanya menjadi ibu rumah tangga juga bukan masalah kok! Jadilah dirimu sendiri bukan hidup karena ekspektasi orang.

Karena bahagia itu sejatinya adalah tanggjawab diri sendiri bukan orang lain.

0 comments: