Kuliah capek-capek sampai S2 ujung-ujungnya jadi Ibu Rumah
Tangga?
Mungkin ada teman-teman yang pernah mendengar pertanyaan
ini, terutama bagi wanita yang sudah lulus S2 dan memilih menjadi
Ibu Rumah Tangga.
Kalau diri sendiri yang memilih ingin menjadi Ibu Rumah
Tangga terus kenapa?
Apakah ada orang lain yang merasa rugi dengan pilihan
lulusan S2 jadi Ibu Rumah Tangga?
Ini hanya pertanyaan yang bersifat renungan, bukan
menyudutkan.
Aku pribadi yang sudah lulus S2 mungkin akan tetap memilih
untuk berkarir sekaligus menjadi Ibu Rumah Tangga kalau aku sudah menikah
nanti.
Ada wanita setelah menikah memilih full menjadi Ibu Rumah Tangga ada
juga wanita yang memilih selain menjadi Ibu Rumah Tangga juga menjadi Wanita Karir.
Aku sangat menghargai keputusan wanita yang memilih full
hanya menjadi Ibu Rumah Tangga walaupun sudah tamat kuliah.
Karena menurutku kuliah tidak selamanya bertujuan untuk mencari
kerja, tapi mencari ilmu mencari relasi, terdengar naif tapi itu adalah fakta.
Dengan kuliah kita diberikan wadah untuk berpikir,
mengungkapkan pendapat, belajar berdasarkan jurusan yang dipilih mengembangkan
passion kita.
Selain itu di kampus kita tidak hanya bertemu dengan satu
atau dua orang tapi dengan banyak orang dan berinteraksi juga membutuhkan skill
komunikasi yang baik.
Apalagi kalau selain mengikuti kegiatan akademik juga aktif
berorganisasi kepiawaian dalam bersosial semakin terasah.
Itu hal-hal yang bisa di dapatkan kalau kuliah, pelajaran
yang tidak bernilai dengan uang namun non material, karena soft skill yang
terasah.
Sejatinya menjadi ibu rumah tangga adalah fitrah ketika
wanita sudah menikah.
Bagaimana tidak, karena kalau kita merenungi tentang ajaran
yang diyakini terutama agama islam bahwa wanita adalah pakaian bagi suaminya,
dan wanita juga harus menjaga kehormatan suami.
Ketika wanita menikah, salah satu tugas adalah melayani
suami, kata ‘melayani’ bukan berarti hanya mengurusi rumah,
bersih-bersih tetapi menurutku menjadi pendengar yang baik, dan menjadi partner
hidup.
Semua itu dilakukan ‘rumah’, rumah tidak hanya menjadi
tempat untuk berteduh secara fisik, namun juga tempat berlindung secara
batiniah, yaitu dari masalah-masalah diluar yang mengganggu membuat hati tidak
nyaman.
Keberadaan seorang istri saat dirumah adalah sebagai tempat
penyejuk untuk berlindung bagi suami, begitupula sebaliknya suami tempat
penyejuk bagi istri.
Apalagi jika sudah memiliki anak, maka ibu adalah sekolah
utama tempat anak belajar tentang kehidupan, dan itu juga dilakukan di ‘rumah’.
Dan dalam proses mendidik anak juga bisa dilakukan salah
satunya karena sang Ibu ini sudah berpendidikan.
Selama keputusan menjadi ibu rumah tangga karena dari
keinginan diri sendiri bukan karena paksaan, justru suami juga harus menghargai
keputusan wanita tersebut dan bukan meremehkan karena full menjadi ibu rumah
tangga juga tidak mudah.
Dan aku yang memilih tidak full hanya menjadi ibu rumah
tangga, selama aku tau batasan dan bisa membagi peranku saat menjadi ibu rumah
tangga dan wanita karir menurutku itu juga tidak masalah, semoga calon suamiku
ini nanti juga mengerti dengan keputusanku.
Akhir kata wanita berstatus sudah menikah full menjadi ibu
rumah tangga atau juga sebagai wanita karir itu adalah sebuah pilihan.
Wanita lulusan S2 hanya menjadi ibu rumah tangga juga bukan masalah
kok! Jadilah dirimu sendiri bukan hidup karena ekspektasi orang.
Karena bahagia itu sejatinya adalah tanggjawab diri sendiri bukan orang lain.
0 comments:
Posting Komentar