Jumat, 14 Juni 2024

Pandangan Masyarakat tentang Wanita Lajang yang Mengejar Karir

 

                                                                
Hingga saat ini sejak Hari Kartini merayakan 100 tahun lamanya pandangan masyarakat tentang wanita lajang yang mengejar berkarir masih mendapat stigma negatif.

Wanita berusia matang namun berada di puncak karir dianggap sebagai perawan tua beda dengan laki-laki yang berusia matang dan berkarir di usia matang dianggap mapan.

Aku wanita kelahiran tahun 1995 saat ini belum menikah dan tahun ini berusia 29 tahun.

Kesibukanku adalah menjadi seorang penulis dan aku punya blog pribadi yang sebagian besar berisi tentang cerita pribadiku.

Saya ingin membagikan sudut pandangku sebagai wanita yang sudah berusia matang dan belum menikah.

Mengapa wanita yang belum menikah di usia matang dianggap sebagai perawan tua, begitu pula dengan pria yang belum menikah dan sibuk berkarir di usia matang dianggap semakin mapan?

Apakah budaya patriarki itu hingga tahun 2024 ini masih tertanam kuat?

Ternyata pola pikir keseimbangan wanita hingga saat ini tidak berubah sepenuhnya.

Masih adanya stigma masyarakat yang menganggap perempuan sebaiknya di rumah saja dan laki-laki yang bekerja, sehingga ketika perempuan dalam posisi puncak karir namun belum menikah dianggap belum sukses.

Budaya patriarki yang masih hidup sampai saat ini membuat pandangan kepada wanita yang berkarir dan belum menikah tidak mendapat apresiasi dan dukungan. 

Pandangan akan wanita yang berkarir dan belum menikah dianggap belum sukses kecuali jika sudah berkeluarga menjadi kekhawatiran bagi setiap wanita terkhususnya saya sendiri.

Ada pemandangan lain dari masyarakat ketika laki-laki sibuk mengurus anak yang dianggap laki-laki hebat lainnya dengan seorang wanita yang mengurus anak dianggap tenggelam.

Menurutku mendidik dan merawat seorang anak adalah tugas bagi ayah dan ibu atau keduanya laki-laki dan perempuan tidak hanya satu orang.

Sebelum membina rumah tangga ada diskusi membagi tugas untuk urusan domestik dan urusan lainnya seperti yang bekerja memberi nafkah keluarga.

Namun tugas seperti membersihkan rumah, memasak, mencuci baju adalah tugas wanita dan laki-laki yang bekerja bertugas memberi nafkah keluarga yang dianggap masyarakat pada umumnya adalah kodrat.

Padahal jika melihat lebih luas keadaan dalam rumah tangga itu tidak selalu seperti itu, laki-laki juga harus bisa juga mencuci, memasak, membersihkan rumah karena sebelum menikah juga sudah terbiasa melakukannya sendiri.

Belum lagi kalau melihat keadaan misalnya laki-laki tersebut yang ingin mengurus pekerjaan rumah dan wanita yang mampu memberi nafkah, atau ada juga dalam membina rumah tangga laki-laki dan wanita sama sama memutuskan untuk bekerja dan membagi tugas rumah tangga.

Dalam urusan rumah tangga itu tidak dapat mengalahkan rata-rata meskipun memang ada pendapat dari Loekman Sutrisno yang mengatakan perempuan selalu dituntut untuk memiliki suatu sikap mandiri, selain itu kebebasan mengembangkan diri sesuai minat dan bakat namun disatu sisi ia dituntut untuk tidak melupakan kodrat sebagai ibu rumah tangga.

Pandangan ini sungguh dilematis, meski tak dapat dipungkiri aku hidup bukan seorang diri, aku hidup bersama dengan orang lain sebagai satu kesatuan dalam tatanan hidup bermasyarakat.

Pola pikir yang sudah tertanam sejak lama akan sulit diubah karena untuk mengubah kebutuhan dari kesadaran setiap orang yang memiliki pola pikir itu.

Pola pikir juga mencakup kepercayaan pada setiap individu sehingga untuk mengubahnya tidaklah mudah.

Pada intinya saya menyadari bahwa wanita di masa kini belum sepenuhnya bebas dari budaya patriarki.

Untuk mengubah pola pikir tersebut menurutku pribadi akan sulit karena sudah mengakar kuat dari generasi ke generasi.

sekarang tergantung aku dan kamu sebagai perempuan untuk tidak terlalu memikirkan atau fokus pada pandangan masyarakat seperti itu.

Ada catatan kecil dariku bagaimana mengubah cara memandang budaya patriarki yang bisa dilakukan adalah bagi yang belum menikah sepertiku memilah dan memilih siapa yang akan menjadi pendamping hidupmu kelak.

Selain dari kesadaran diri sendiri yang harus memiliki pola pikir yang luas tentang hidup juga ditentukan dari pasangan hidup.

Karena masa depan hidupmu ditentukan dengan siapa kamu akan bersanding nanti yang menjadi teman hidupmu, jika teman hidupmu memiliki pandangan yang luas maka ruang gerak hidupmu akan mudah namun berbeda jika teman hidupmu berpikir sempit maka jangankan mengejar karir, hanya menjalani hidup saja ruang gerakmu akan terasa sempit

Dan lebih jauh lagi akan susah juga dalam mendidik anak nanti karena seperti yang kukatakan sebelumnya mendidik dan merawat anak adalah tugas bagi ayah dan ibunya

Sekian opiniku dari pandangan masyarakat tentang wanita lajang yang mengejar karir semoga bermanfaat, kalau mau memberikan komentar atas opiniku silahkan tulis di kolom komentar ya!

0 comments: